Jumat, 29 Agustus 2008

Keberanian saja tidak CUKUP

Sudah cukup lama saya tidak melihat film-film silat, pada kebanyakan film silat tempo dulu, cerita itu biasanya diawali dengan kisah seorang tokoh anak muda yang tak punya keahlian kungfu sama sekali, teraniaya, lalu akhirnya tampil sebagai super hero. Dalam prosesnya, kadang-kadang sang tokoh harus babak belur dihajar penjahat karena kemampuannya belum cukup mampu menandingi lawannya, setelah berguru dan berlatih keras ia akhirnya menemukan ritmenya dan menang sebagai jagoan.

Pada kesempatan yang lain, di sebuah tempat pelatihan kungfu ditemukan satu hal menakjubkan. Konon, para murid lulusan tempat tersebut punya kemampuan berjalan di atas air, menyeberangi sungai yang ada di sana.
Seorang pemuda, karena keingintahuannya segera mendaftarkan diri menjadi salah satu murid di sana. Awalnya, para murid baru ini dibawa ke tepi sungai melihat demonstrasi yang menakjubkan itu, lalu dilanjutkan dengan pelatihan yang memakan waktu 3 tahun lamanya dan akan dipilih satu orang yang akan mewarisi ilmu tersebut.
Setelah melalui berbagai rintangan, sang pemuda itu berhasil menjadi MURID PILIHAN, ia akhirnya bergabung dengan komunitas barunya dan mulai mempelajari ilmu berjalan di atas air.
Di hari pertama, sang pemuda itu terkagum-kagum melihat senior-seniornya melakukan atraksi tersebut, rasa ingin tahunya yang kuat membuatnya segera ingin mempraktekkan ilmu tersebut.
Maka dengan antusias ia pun melangkah memasuki sungai tersebut, dan Byuuuuur! Tubuhnya basah kuyub, dan ia terhanyut cukup jauh di tengah derasnya air sungai.
Melihat hal itu, salah satu senior yang kasihan padanya berkata pada yang lain, “Apakah tak lebih baik kita katakan saja di mana letak batu-batu pijakan tersebut padanya?”

Karena emosi, kadang-kadang kita tidak memperhitungkan kemampuan kita dalam melakukan sesuatu, keberanian yang membuta ini sering membuat kita celaka. Seperti seorang murid kungfu yang belum mahir, apabila berhadapan dengan seorang AHLI kungfu, maka murid itu hanya akan menjadi bulan-bulanan sang ahli kungfu tersebut.
Karena Ego, kita kadang-kadang terlalu memberanikan diri melakukan sesuatu tanpa pijakan yang jelas, sering kali kita harus terjatuh dan terhanyut cukup jauh karena keberanian yang tidak dibarengi dengan pengetahuan dan kebijaksanaan.

Dalam kehidupan nyata, Seorang sales kadang-kadang ingin segera melakukan aktivitasnya dalam menjual, ia ingin cepat-cepat melakukan “closing”. Tanpa persiapan yang matang, tanpa pengetahuan yang cukup memadai, sering kali keberanian semacam itu hanya akan mendatangkan kekecewaan.
Demikian juga dalam membuat “Goal Setting”, adalah baik jika goal setting dibuat sebesar-besarnya.
Tetapi “Goal” yang terlalu besar, yang tidak diukur dengan kemampuan, malah akan mendemotivasi kita, Goal yang tidak realistis cenderung akan membuat kita sakit dan kecewa.

Saya setuju bahwa keberanian dalam usaha adalah penting, keberanian dalam mengambil RISK adalah salah satu faktor keberhasilan seorang pengusaha, tapi alangkah baiknya jika pengambilan keputusan yang berani itu dibarengi dengan data-data dan riset, sehingga menurunkan persentase resiko yang akan terjadi.
Saya yakin seorang pengusaha sukses yang terkenal dengan Risk taker-nya, tidak bermain hanya dengan keberaniannya saja. Semua ada perhitungannya, ketika mereka menemukan formulanya dan yakin akan berhasil, mereka akan menjalaninya walaupun yang lain menganggap hal itu adalah hal yang GILA dan tidak masuk akal.


Berani adalah keharusan dalam mencapai kesuksesan.
Tapi keberanian yang membuta sering membuat kita jatuh dengan sia-sia.


Seng Guan CPLHI
Regional Manager PT. Arthamas Konsulindo Medan
PSDM Siddhi Medan
sengguanjr@yahoo.com

Tidak ada komentar: