Kamis, 28 Agustus 2008

Berdiri di Luar alur Cerita

Bayangkan, kali ini Anda adalah seorang Petugas Keamanan yang sedang memperhatikan gerak-gerik pengunjung sebuah pameran keramik bernilai jutaan dollar. Melalui kamera pengintai, Anda mengamati sebuah kejadian menarik yang seterusnya akan menjadi bahan kajian kita kali ini.

Di sebuah sudut pameran, yang pada saat itu jauh dari keramaian, ada seorang pemuda yang tengah melihat sebuah keramik berbentuk guci besar. Awalnya ia hanya sekedar mengamati, tapi keingintahuannya membuat ia melakukan lebih jauh lagi, ia mulai menyentuh guci tersebut (padahal telah tertulis dengan jelas di depan guci itu “JANGAN DISENTUH”), Semakin lama ia semakin ayik mengamati dan menyentuh setiap inchi dari guci besar itu, sampai akhirnya......
Tanpa disengaja ia menyenggol guci itu, terjatuh dan pecah berantakan. Di antara pecahan keramik tersebut secarik kertas putih tampil secara menyolok, di atasnya tertera USD 1.000.000. Ya, itulah harga yang telah melayang oleh kecerobohan pemuda itu.
Sejenak ia terkejut, tapi hanya sesaat, lalu dengan tenang, sang pemuda mengeluarkan sebuah tabung kecil bertuliskan “LEM AJAIB” (di tabung kecil itu tertulis : lem ini akan melekat dengan sempurna tanpa cacat seperti baru, benda yang telah dilem akan kembali hancur apabila tersentuh setelah melewati 1 jam) Lalu, sim sala bim, guci besar itu kembali dengan sempurna. (Harap tidak ditanyakan di mana dapat dibeli lem jenis tersebut, karena penulis dengan otoritasnya, memungkinkan hal tersebut terjadi)
Satu jam telah berlalu, pemuda tersebut masih dengan santai berkeliaran di arena pameran itu, sesekali mengamati hasil maha karyanya, lalu sesuatu terjadi lagi.
Seorang Nenek tua tertangkap basah memecahkan sebuah guci besar senilai satu juga dollar, dan kali ini di tengah-tengah keramaian.
Sang Nenek dengan gemetaran diselingi isak tangis berkata “Saya hanya menyentuhnya, tiba-tiba pecah begitu saja.” (Lem ajaib sang pemuda ternyata sekerja sebagaimana mestinya)

Kita kembali ke ruang kontrol, di mana Anda duduk di depan kamera pengintai dan mengamati peristiwa itu sampai detik terakhir. APA YANG ANDA LAKUKAN?

Kemungkinan besar jawaban Anda akan seperti kebanyakan teman-temanku yang lain, yang dengan lantang mengatakan “Saya akan segera turun ke ruang pameran, menjelaskan kejadian yang sebenarnya, dan menangkap pemuda itu dengan menggunakan rekaman kamera pengintai sebagai buktinya. Karena pada dasarnya nenek tersebut tidak bersalah, pemuda itu yang memecahkannya” (mungkin saja nenek itu yang akan memecahkannya kalau tidak dipecahkan terlebih dahulu oleh pemuda tersebut)

Ya, itulah yang seharusnya kita lakukan, membela keadilan dan kebenaran. Itulah yang diajari guru-guru agung kita.

Tidak seru seandainya cerita ini hanya berhenti sampai di sini saja, sekarang mari kita ganti perannya, Kali ini sang nenek malang itu ternyata nenek Anda, Apa Yang Anda Lakukan?

Anda mungkin bak orang edan, berlari sekencang-kencangnya, turun ke ruang pameran, membela nenek Anda mati-matian, dan kalau perlu menghajar sang pemuda itu sampai mengaku.

Ya, itulah yang seharusnya kita lakukan, membela keadilan dan kebenaran. Hanya kali ini Anda jauh lebih antusias. Apalagi itu nenek Anda, jelas harus dibela.

Mari kita membuat permainan ini menjadi lebih menarik lagi dan lebih menantang.
Kali ini Anda menyaksikan Saudara Anda sendiri atau Anda sendiri yang berperan sebagai pemuda nakal itu, dan sang nenek itu hanyalah korban yang berada di waktu dan tempat yang salah.

Apakah Anda masih dapat bertindak seperti dua contoh situasi di awal?
Apakah Anda masih dengan antusias menceritakan kebenaran itu, atau sebaliknya? Anda segera merusak rekaman kamera pengintai itu selama kejadian untuk menutupi jejak saudara Anda atau Anda sendiri.
(Jika tampilan Sang nenek adalah seorang nenek kaya, Anda mungkin segera menjadikannya sebagai alasan membenarkan tindakan Anda ketika Opsi kedua diambil, bagaimana jika sang nenek adalah seorang nenek yang miskin yang hanya ingin melihat-lihat saja? Di sanalah pertarungan kembali terjadi, apakah Anda masih setega itu?)

Saatnya kita mengkaji dari bawah.
Ketika kita melibatkan orang-orang kita dalam pengambilan keputusan, cenderung kita menjadi emosional dan tidak objektif. Sering kali kita cenderung berada di pihak “kita”, bukan dalam pihak yang benar. Dan kita akan mencari alasan-alasan yang mengizinkan kita lakukan pembenaran atas keputusan kita itu.

Pada contoh pertama, ketika kita benar-benar berada di LUAR alur cerita, kita dapat melihat lebih objektif, pada saat itu kita dapat berpihak pada kebenaran.

Dan Berikutnya, inilah tantangan terbesar dalam hidup kita, ketika KITA ikut terlibat di dalam alur cerita, masih dapatkah kita bertindak seperti keadaan pertama, SEWAJARNYA. Karena sesungguhnya “Walaupun seseorang dapat menaklukkan ribuan musuh dalam ribuan kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri”

Di saat kita masih dapat bertindak SEWAJARNYA ketika keputusan tersebut melibatkan KITA, saat itulah kita menjadi PEMENANG SEJATI.

Tidak ada komentar: