Jumat, 14 November 2008

Belajar dari Sebuah Bakpau

Inilah letak keindahan hidup ini, ketika kita mengali dan belajar dari hal-hal sederhana seperti dari sebuah bakpau.

Sore itu, istri saya sedang ngidem makan bakpau (maklum, kami memang sedang menunggu kedatangan calon bayi pertama kami, dan sang janin sudah berada di kandungan bundanya sekitar tujuh bulan, ngidem seakan menjadi ritual menjelang kelahirannya), dan kami pun membeli sebuah bakpau untuk memenuhi ritual tersebut.

Bakpau itu kemudian kami bawa pulang dan diletakkan di meja makan sambil menunggu waktu puncak dari ngidem tersebut tiba.
Setelah waktu berlalu sekitar dua jam, istri saya mendengar ada aktivitas di ruang makan, ketakutannya segera muncul, “Jangan-jangan bakpau itu di makan oleh abang” dan ternyata Benar, ketika istri saya ke ruang makan, bakpaunya di tangan abang sudah tinggal setengah.

Sejenak kupikir bakalan terjadi perang dunia ketiga.

Ternyata dugaanku salah, dan aku mensyukurinya.

Istriku dengan enteng mengatakan “Ya, sudahlah, Nanti malam saya minum Milo saja”
Blink ! Blink ! Blink!

Istriku telah berhasil belajar untuk MEMBERI, Istriku telah berhasil mengalahkan rasa ngidemnya yang luar biasa. Istriku telah memilih untuk menjadi orang BAHAGIA.

Tak gampang untuk memberi ketika kita sendiri punya keinginan begitu kuat untuk memilikinya, dan istriku berhasil melakukannya lewat sebuah bakpau.

Mungkin kita bisa mencoba bersama.

Tidak ada komentar: