Jumat, 14 November 2008

Mukzizat Keikhlasan

Apakah Anda pernah punya masalah untuk memiliki anak setelah sekian tahun merindukannya?
Mungkin ini adalah salah satu cara untuk mendapatkannya.

BASED ON TRUE STORY
Pernikahan kami diawali pada bulan Juli 2004, pada saat itu keinginan untuk memomong seorang anak hadir dalam kadar yang masih lemah, walau usia kami bukan lagi tergolong muda.
Kehadiran anak-anak di rumah masih dipertanyakan, suara-suara centil mereka masih terasa mengganggu pendengaran, masih ada kekhawatiran mendekap tubuh kecil yang lemah itu dalam pelukan kami. Kami belum cukup siap menerima keberadaannya di antara kami, belum ada kerinduan yang mendalam.
Ketika waktu terus berjalan dan memasuki dua tahun usia pernikahan kami, kerinduan itu mulai terasakan, bahkan semakin menguat setelahnya, beresonansi dengan pernyataan-pernyataan yang sedikit mengganggu, “Kapan rencana punya anak?” “Kenapa belum mau punya anak?” dan sebagainya, seakan mengingatkan aku tentang desakan menikah dulu.
Kerinduan itu pun mulai berubah menjadi pengharapan dan selanjutnya berevolusi menjadi kekhawatiran atas ketidakmampuan kami memenuhi tuntutan lingkungan. Lalu, kami pun mulai mencari tahu dan berkonsultasi dengan para ahli.
Berikutnya, seperti yang kami duga, serangkaian test dan pengobatan pun dilakukan untuk mengisi program yang disusun oleh para ahli tersebut. Awalnya kami menjalani dengan semangat, tapi rasa frustasi segera menjalar ke dalam hati kami setelah harapan itu tak kunjung datang walau biaya, waktu dan energi telah terkorbankan, dan sebagai klimaksnya, kami divonis untuk menjalankan program Bayi Tabung (yang tingkat keberhasilannya mungkin 20% sampai dengan 30 %), sementara secara financial hal tersebut harus kami perhitungkan masak-masak.
Sebenarnya usaha kami tidak hanya sampai di sana, untuk memastikan vonis tersebut, kami melakukan dianogsa pembanding ke negeri jiran, dan ternyata hasilnya masih tetap sama, kami disarankan melakukan program Bayi Tabung.
Sejenak kami terhenyak, tapi akhirnya kami menemukan PENCERAHAN di balik KEPASRAHAN.
Kami akhirnya menghentikan pencarian program yang ditawarkan dari ahli yang lain, kami sudah ikhlas dengan kenyataan yang harus kami hadapi (Ikhlas dan Pasrah dalam arti aktif), kami pasrah menerima kenyataan bahwa kami harus menjalani Program Bayi Tabung (yang belum tentu dapat berhasil), kami pasrah jika hal itu tidak memungkinkan maka kami akan mengadopsi anak.
Kami pun merencanakan hal ini akan direalisasikan dalam waktu dua tahun mengingat keadaan financial, lalu di saat yang sama kami membungkus diri dalam bingkai KEIKHLASAN dan menyadari kenyataan yang harus kami hadapi.
Ketika kami benar-benar menerimanya, beberapa bulan kemudian MUKZIZAT itu datang, kami mendapat Vonis baru, Istriku dinyatakan telah hamil (tentunya saja setelah melalui 2 kali test urine dan diperkuat dengan pernyataan dokter)
Setelah itu, maka semua pihak pun merasa berjasa akan kehamilan itu, ada yang merasa bahwa suplemen yang mereka tawarkan kepada kami telah berhasil, ada yang merasa karena nasehat merekalah semua ini dapat terjadi, ada juga yang merasa karena obat penguat yang disuguhkan kepada kami, ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah buah dari karma baik yang kami tanamkan, ada yang mengatakan bahwa kami telah siap menerima kehadiran sang bayi dan masih banyak lagi yang lain. Begitu banyak yang merasa bertanggungjawab di sini, yang memang metode yang mereka suguhkan pad kami sudah pernah kami coba dan kami jalani sebelumnya. Lalu ketika hendak diklaim siapa sebenarnya yang telah berhasil memenangkannya, kami katakan SEMUA telah berjasa.
Ketika KEIKHLASAN berkolaborasi dengan semua unsur penunjang ini, maka akan melahirkan sebuah KEAJAIBAN, sebuah MUKZIZAT.
Dan Mukzizat ini telah menghantarkan kami menunggu kehadiran Putra kami yang pertama.


IKHLAS DENGAN AKTIF
Ikhlas dengan aktif berarti menerima keadaan dan kenyataan yang kita hadapi sekaligus berusaha mencari solusi dalam menyelesaikan masalah atau problem yang terjadi, bukan berdiam diri.
Ketika kita tersandung dan terjatuh dalam hidup ini, kita akan merasakan sakit, konsep pemikiran IKHLAS dengan Aktif mengajak kita menyadari bahwa kita telah jatuh dan kita sakit karenanya (bukan malah mengingkarinya, bukan malah menolak sakit tersebut, bukan mencari-cari sebab kejatuhan secara berlebihan, bukan mencari kambing hitam untuk disalahkan atau malah melarikan diri dari tanggungjawab atas permasalahan tersebut), ketika kita menerima kenyataan tersebut sebagai bagian dari kehidupan kita yang tak terpisahkan dari kita, kita menerima kenyataan tersebut dengan tidak meratapinya, maka kepasrahan kita ini akan membuat sakit hanya sebatas SAKIT saja, tidak berkembang menjadi berlipat-lipat akibat penolakan kita, tidak berkembang menjadi berkali-kali akibat ketidakmampuan kita menerima hal tersebut. (Pasrah aktif bukan membiarkan luka kita tanpa diobati dan bernanah kemudian)
Yang perlu kita lakukan setelah menyadari rasa sakit itu hanya satu, OBATI. Berikan obat dan selanjutnya biarkan waktu yang bekerja menyembuhkannya secara alami, tidak dipaksakan. (Ada kalanya satu-satunya obat untuk permasalahan itu adalah PENERIMAAN, Keikhlasan itu sendiri)

Maka sekali lagi, kolaborasi antara Keikhlasan dan aktivitas pengobatan yang kita lakukan akan mendatang Keajaiban, mendatangkan Mukzizat dalam hidup kita.
Mendatangkan Sang buah hati yang kita dambakan.

Selamat Mencoba!

2 komentar:

blog teddy mengatakan...

hi pak seng guan,
dah lama gak jumpa semenjak di sut2.saya teddy yapto,alumnus sutomo2 juga.dan pernah menjadi murid anda juga.masih inget gak ya?
:)
semoga sukses selalu
cia yo

sky13oyyapto@gmail.com

Wiwi Roberts mengatakan...

Nice story :)
Yup, aktif dengan keikhlasan juga berarti belajar menjadi dewasa. Tetaplah semangat, dan jangan berhenti utk mewujudkan semua mimpi2 akan hidup yg lebih baik. Ciayou!!