Selasa, 21 Oktober 2008

Akulah Pemenangnya

Cerita ini dimulai dari sebuah perlombaan adu diam di sekolah pelatihan mental.

Aturan perlombaan itu pun dibuat :
Pertama, peserta harus berdiam diri (puasa bicara) selama 24 jam dimulai sejak matahari terbit.
Kedua, tempat pelaksanaan adalah di tengah lapangan kota.

Maka, ketika matahari mulai menampakkan wajahnya, perlombaan itu pun dimulai.
Selama lima jam pertama, semua peserta masih dapat menahan diri mereka. Menjelang tengah hari, peluh mulai berjatuhan, terik dan haus mulai menyerang.
Di tengah perlombaan tersebut, lewatlah seorang ibu sambil menjinjing botol aqua.
“Bu, tolong bawa aqua itu kemari, kami kehausan nih” kata peserta pertama, rasa hausnya ternyatanya telah membuatnya lupa akan perlombaan yang sedang diikutinya.
“Sssh, kenapa kamu menegur dia, kita khan masih dalam perlombaan” kata peserta kedua, berusaha mengingatkan temannya.
“Nah, kamu dan kamu telah gugur dalam perlombaan ini, kalian telah melanggar aturan mainnya, kalian telah bicara” kata peserta ketiga.
“Dasar bodoh, kenapa kamu ikut berbicara?” Tanya peserta keempat tak mau kalah.
“Hahahaha, hanya aku yang tidak berbicara” kata peserta terakhir.

Lalu, perlombaan itu berakhir tanpa pemenang.

Kita sering menyibukkan diri kita memperhatikan orang lain, melihat kesalahan orang yang sekecil apapun dengan sebuah mikroskop kesinisan, melihat kekeliruan yang begitu jauh dengan teleskop keingintahuan. Tapi kita lupa melihat diri kita, dan untuk itu kita hanya memerlukan sebuah Cermin kebenaran.

Ingat ! Ketika telunjuk kita tertuju pada orang lain, empat jari tangan lainnya selalu menunjukkan pada diri kita sendiri.
Mari kita bercermin sebelum kita menuding orang lain!


Salam Sukses Selalu

Tidak ada komentar: