Sabtu, 17 Januari 2009

Six Direction of Honour

Memang baik menjadi orang terhormat, tapi lebih terhormat menjadi orang yang baik.

Dan cerita ini dimulai dari sebuah buku pelajaran hidup yang telah berumur ratusan tahun lamanya.
Konon, hiduplah seorang pemuda yang bernama Sigala, pagi-pagi sekali pemuda desa ini telah berangkat dari rumahnya menuju sebuah tempat persembahan, sesampainya di sana ia segera merapatkan kedua tangannya dan melakukan penghormatan ke setiap penjuru mata angin utama, ke Timur, Selatan, Barat dan Utara serta ke atas dan ke bawah.
Pada kesempatan yang sama, Sang Guru melewati kawasan tersebut dan melihat aktivitas menarik yang dilakukan pemuda Sigala itu, lalu Sang Guru bertanya pada Sigala mengapa ia melakukan aktivitas itu?
Si Pemuda lalu berkata bahwa itu adalah pesan dari orang tuanya sebelum meninggal, “Sebagai anak yang baik, engkau harus menyembah berbagai arah bumi dan langit!” Karena menghormati kata-kata ayahnya, mengindahkannya, menjunjungnya dan menganggap suci, maka si Pemuda melaksanakan petuah tersebut.
Sambil tersenyum, sang guru berkata bahwa ke-enam arah itu tidak seharusnya dihormati dengan cara demikian, ada pesan yang moral yang disampaikan sang ayah kepadanya melalui perumpamaan dari ke-enam arah tersebut.

Timur selalu dilambangkan sebagai “Pendahulu”, seperti hari yang dimulai dengan terbitnya matahari dari timur, ayah dan ibu dipandang sebagai awal dari kehidupan. Dari kasih sayang mereka maka kita dilahirkan di dunia ini, selanjutnya dirawat dan dibimbing sampai mandiri.

Seperti arah pergerakan matahari, arah Barat berada di belakang dari Timur. Setelah matahari mencapai tengah hari, ia akan kembali ke peraduannya di Barat, demikian juga anak dan istri yang mengikuti dari belakang, pada akhirnya mereka akan menemani kita.

Jika kita menghadap ke arah timur, maka arah Selatan adalah berada di tangan kanan kita, dengan tangan inilah kita dituntun, dibimbing oleh guru-guru kita.

Arah Utara melambangkan Sahabat dan sanak keluarga yang siap membantu kita mengatasi kesulitan yang ada dalam kehidupan ini.

Atas (Arah Zenith) melambangkan guru-guru spiritual (rohaniawan) yang kita junjung tinggi, yang memberikan pencerahan spiritual dalam kehidupan ini dan

Arah bawah (Nadir) melambangkan pelayan dan karyawan yang juga harus dihargai, karena telah membantu kita dalam usaha dan kerja.

Sang Guru kemudian mengatakan bahwa inilah ke-enam arah penghormatan yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Lalu, sudahkan kita melakukan penghormatan itu?

Sudahkah kita menghormati orang tua kita? Atau malah kita menganggapnya sebagai beban dari hidup kita? Cerita lama di bawah ini mungkin dapat mengingatkan kita kembali akan arti sebuah penghormatan kepada orang tua kita.
Cerita ini mengenai seorang kakek yang tinggal bersama sang anak dan menantunya. Karena sudah tua dan sakit-sakitan, kakek ini dianggap hanya menambah beban keluarga ini saja, maka setelah melalui diskusi panjang, suami istri ini akhirnya berencana melenyapkan kakek itu, dengan membawanya ke hutan dan membiarkannya tinggal di sana bersama kumpulan orang-orang jompo yang terbuang.
Disiapkanlah sebuah keranjang rotan yang akan membawa sang kakek itu ke hutan, ketika kakek tua itu hendak diangkut ke dengan keranjang itu, sang cucu tiba-tiba muncul dan berkata. “Pa, Ma, jangan lupa bawa pulang keranjang rotan itu ya”
Suami istri itu sempat terkejut dan berkata “Untuk apa keranjang itu Nak?”
Sang cucu itu menjawab dengan enteng “Untuk ayah dan Ibu kelak!”
Sontak, Suami istri ini tercerahkan.
Ada kalanya ketika kita melakukan penghormatan pada arah Barat (anak-istri(suami)) , kita malah melupakan penghormatan pada arah Timur, yang merupakan awal dari kehidupan kita.

Ke-enam arah penghormatan adalah sama pentingnya dalam kehidupan ini, kita tidak bisa hanya menghormati arah tertentu saja, keselarasan terjadi ketika kita mampu menyeimbangi penghormatan kita pada arah-arah tersebut.

Kita menghormati orangtua kita, anak dan istri(suami), guru, sahabat dan sanak keluarga, rohaniawan dan pelayan kita dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Dalam kehidupan sosial kita saat ini, penghormatan pada arah NADIR lebih sering kita lupakan, pelayan dan karyawan sering kita anggap hanya seperti sapi perah, padahal dalam satu organisasi perusahaan, pelayan dan karyawan adalah ujung tombok dalam keberhasilan perusahaan, perusahaan tak mungkin berjalan tanpa mereka. Ketika kita membangun karyawan, kita telah membangun perusahaan.

Dan pada saat kita telah mampu menghormati Six Direction of Honour tersebut, kita sendiri akan menjadi orang yang terhormat, orang yang Honourable.
Karena pada dunia ini ada HUKUM AKSI-REAKSI yang berjalan.


Salam Pencerahan

Tidak ada komentar: