Sabtu, 17 Januari 2009

Suatu Hari di Kelas Hynotherapy

Ini adalah kali pertama saya mengikuti seminar hypnotherapy , ada rasa penasaran yang luar biasa untuk mengetahui bagaimana rasanya terjun ke masa lalu, kembali menjadi muda bahkan menjadi sang janin yang berdiam di kandungan sang bunda. Lalu dengan melewati terowongan waktu, saya dapat menikmati kehidupan masa lalu, mencari alasan keberadaanku saat ini. (Setidaknya itu yang terbayang olehku ketika diajak untuk menghadiri sebuah seminar hypnotherapy di Medan, kita akan dibawa menerusuri jejak masa lalu)

Acara pun dimulai, kebetulan saya duduk di barisan terdepan, ada harapan untuk terpanggil sebagai salah satu peserta yang mengalami fenomena tersebut, tapi kelihatannya saya harus cukup puas sebagai penonton saja, karena melalui dua kali test ternyata saya tidak cocok untuk terpilih sebagai salah satu peserta yang akan menjalani perjalanan waktu itu.

Akhirnya terpilih lima orang untuk mengikuti ritual penelusuran lorong waktu itu, yang menarik adalah ketika mereka mulai ditidurkan dalam keadaan sadar dan memasuki dunia kanak-kanak mereka. Salah satu peserta seperti tertawa sendiri, lalu kemudian ia menangis karena melihat bayangan bunda, terutama ketika ia memasuki dunia janin, ia merasa begitu terlindungi oleh bunda tapi ia merasa belum cukup memberikan cintanya pada beliau (Aku sungguh sudah melupakan kata-kata yang keluar dari peserta itu, karena pada saat itu aku malah lebih fokus dengan bayangan Bundaku sendiri, ada air mata yang juga ikut turun dari sudut-sudut mataku, aku tiba-tiba merindukan pelukan Bunda, rasanya menyusup jauh ke dalam sum-sum tulangku, mungkin aku juga terlibat secara emosional memasuki lorong waktu itu, bertemu dengan bayangan Bunda)
Dan untuk penelusuran lebih jauh melewati masa janin, saya tidak mau ambil bagian untuk membahasnya, karena selalu ada saja opini-opini kontroversial yang akan bermain di sana, saya biarkan saja tetap seperti kata guru ku. Setelah mengikuti seminar ini, saya menjadi “TAHU” kalau saya “TIDAK TAHU” dari mana saya berasal dan saya juga “TIDAK TAHU” hendak kemana nantinya. Biarlah waktu yang akan memberitahukan aku nantinya.

Tetapi selalu ada pembelajaran di dalamnya, terutama seperti saat ini, saat menerima input baru, ada persepsi-persepsi baru yang akan segera mengisi pundi pikiran ini.
Dari kelas itu kita dapat belajar me-reframe persepsi lama yang merugikan, catatan yang sudah terlanjur tertanam di dalam alam bawah sadar kita dibawa keluar dan diberi bingkai baru yang positip sehingga pundi pikiran kita segera terisi dan bersinar oleh energi positip.

Terlepas dari percaya atau tidaknya dengan perjalanan lorong waktu itu, saya selalu setuju dengan ritual hypnotist ini pada saat dilakukan untuk penyembuhan batin, karena selalu menarik untuk diikuti, karena selalu ada pencerahan dalam setiap penelusurannya, sehingga hati dapat menerima keadaan, memaklumi dan memaafkan. Walau dalam perjalanannya kadang ada tangis yang memilukan, tapi pelepasan itu merupakan ritual dari penyembuhan yang melegakan.

Bahkan ketika kita hanya sebagai penonton saja, saya melihat sejumlah mata tampak berkaca-kaca ketika para penjelajah lorong waktu kembali ke masa muda bertemu dengan bunda, saya sendiri menikmati moment tersebut, kerinduan akan bunda yang penyayang membuat kita terharu, tapi ingatan semacam itu justru lebih mengingatkan kita untuk memberikan kasih kita selama masih sempat kita berikan. Pelajaran ini seharusnya tidak membuat kita berandai-andai lagi, kita tak seharusnya lagi berkata “Andai aku diberi kekayaan, tentu aku akan membahagiakan bundaku”, “Andai aku ada waktu, aku tentu akan menemani ibuku” atau “Andai mamaku masih ada, tentu aku akan menyayanginya sepenuh hati, memberikan pelayanan yang terbaik, menjaganya dan merawatnya dengan kasih sayang.”
Pelajaran ini seharusnya mengingatkan kita tentang HIDUP HARI INI, ketika kita ada saat ini, ketika Bunda ada di samping kita saat ini. Mengapa kita tak memberikan cinta kita saat ini juga? Mengapa kita tidak segera bersujud di bawah kaki bunda, menciumnya dan lalu mengatakan “Aku mencintaimu Mama” (Jangan sampai kita hanya bisa mengucapkannya KEMUDIAN, di saat Bunda yang pengasih tidak ada di samping kita, di saat kita hanya mampu mengucapkannya melalui mimpi, dalam tidur yang sadar seperti di kelas ini atau melalui DOA)

Mungkin saat ini Anda seperti saya, kesempatan untuk mengatakannya memang harus melalui alternatif dunia bawah sadar, mengali persepsi tentang Bunda yang welas asih dari catatan-catatan masa lalu kita, tapi setidaknya kita masih memiliki ayah, saudara, atau orang-orang terkasih lainnya yang merupakan ladang bagi kita menanamkan bibit kasih. Sehingga kelak kita tak lagi berandai-andai dengan tindakan kita.

Saya yakin mama di atas sana setuju dan akan tersenyum untuk kita semua.
Saya juga yakin kalau mama menemaniku tadi, saat mengikuti kelas hypnotherapy itu.
“ I Love You Mom “

Tidak ada komentar: